Sunday, April 19, 2015

Sumber Ilmu Komunikasi Islam

 
A.      Pendahuluan
Sebagai sebuah ilmu, Komunikasi Islam memiliki sumber utama yang sangat potensial untuk digali, yaitu Al-Qur’an dann Sunnah. Selain, Al-Qur’an dan Sunnah, kitab-kitab para ulama baik yang lama maupun yang kontemporer atau terkini juga bisa menjadi bahan baku yang bisa diolah untuk membangun Ilmu Komunikasi Islam.
Selain sumber yang disebut di atas, ada sumber lain yang tidak kalah penting dalam mendukung Ilmu Komunikasi Islam ini, yaitu Ilmu Komunikasi yang telah berkembang cukup lama dan sudah semakin menunjukkan kemapanannya. Ilmu Komunikasi umum sangat membantu Ilmu Komunikasi Islam karena kaum muslim diajarkan untuk terbuka menerima kebenaran dan sumber mana pun datangnya. Semakin akurat sebuah penelitian tentang Ilmu Komunikasi maka akan semakin membantu penelitian Komunikasi Islam dalam mematangkan Ilmu Komunikasi Islam, karena kebenaran Islam tidak akan menolak atau bertolak belakang dengan ilmu pengetahuan. Kaidah utama agama Islam dalam memandang ilmu pengetahuan adalah akomodatif atau dapat menyesuaikan, bahkan tidak akan nada penelitian ilmiah yang betul-betul akurat hasilnya akan bertentangan dengan ajaran Islam.

B.       Sumber-sumber Komunikasi Islam
1.         Al-Qur’an
Definisi Al-Qur’an
Al-Qur’an ditinjau dari segi etimologis merupakan bentuk mashdar dari kata qara’a - yaqra’u – qiraa’atan wa qur’aanan. Kata qara’a berarti menghimpun dan menyatukan.  Jadi menurut bahasa, Al-Qur’an adalah himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang menjadi satu ayat, himpunan ayat-ayat menjadi surat, himpunan surat menjadi mushaf al-Qur’an. Di samping bermakna menghimpun, kata qara’a juga memiliki arti membaca atau tilawah. Jika dua makna dipadukan, maka Al-Qur’an adalah himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang dapat dibaca.
Ketika menjadi terminologi untuk kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. memiliki lima makna penting, yaitu:
1.         Al-Qur’an adalah firman Allah SWT. (Q.S.53:4) Yang Maha Mulia dan Maha Agung.
2.         Al-Qur’an adalah mukjizat, tidak ada kata dan bacaan yang mampu menandinginya.
3.   Al-Qur’an itu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., yaitu ke dalam hatinya melalui perantara malaikat Jibril AS. (Q.S. 26:192)
4.         Al-Qur’an disampaikan secara mutawatir. Terjaga keaslian dan kebenarannya.
5.    Membaca Al-Qur’an bernilai ibadah, bahkan setiap huruf dibalas oleh Allah dengan sepuluh kebaikan.

Fungsi Al-Qur’an
1.         Al-Qur’an sebagai Huda (Petunjuk)
Di antara aktivitas yang sangat memerlukan panduan Al-Qur’an adalah komunikasi, karena setiap manusia sangat tergantung kepadanya dalam menjalani kehidupan ini, bahkan sebelum mereka lahir di muka bumi. Selain membangun komunikasi dengan Allah dan keluarga dekat, Allah juga memerintahkan manusia untuk meluaskan ruang lingkup komunikasi kita dengan orang-orang yang hidup di sekitar kita. Allah menyatakan bahwa di antara tujuan keberadaan manusia di muka bumi adalah untuk saling membangun komunikasi dengan seluruh manusia, tanpa membangun komunikasi dengan seluruh manusia, tanpa membedakan ras, suku, warna kulit, bangsa, dan lain-lain. Allah berfirman: 
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujurat: 13)
Ayat di atas secara jelas menunjukkan bagaimana Al-Qur’an memandu manusia dalam membangun komunikasi dengan Allah Sang Pencipta mereka dan dengan sesama manusia.

2.         Al-Qur’an sebagai Furqan (Pembeda)
Al-Qur’an dengan sifatnya sebagai pembeda, memang diturunkan untuk mempertegas hal-hal yang tidak disepakati oleh manusia, yaitu penentuan mana yang baik dan mana yang buruk. Al-Qur’an sebagai al-furqan menunjukkan kepada manusia mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang halal dan mana yang haram.
Sifat Al-Qur’an sebagai furqan menegaskan bahwa ada hal yang menjadi ciri khas kaum muslimin yang membedakannya dengan selain mereka. Ciri khas ini akan menjadi pembeda sekaligus tanda pengenal bahwa seseorang adalah seorang muslim.

3.         Al-Qur’an sebagai Syifa’ (Obat)
Sebagaimana tubuh, hati juga akan mengalami sakit. Jika  iman sedang lemah dan godaan di luar besar, biasanya hati akan hancur lebur.
Rasulullah saw. menjamin bahwa Allah tidak menurunkan satu pun penyakit di muka bumi ini kecuali menurunkan juga obatnya. Salah satu obat yang Allah persiapkan untuk manusia adalah Al-Qur’an sebagai obat terdapat dalam firman Allah:  
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”(QS. Yunus: 57).
Ibnu al-Qayyim menyatakan seluruh Al-Qur’an adalah obat. Tidak ada obat yang lebih besar dan lebih luas manfaatnya daripada Al-Qur’an.
Di antara faktor luar yang membuat manusia sakit adalah faktor komunikasi. Komunikasi yang tidak baik bisa melukai hati, menyebabkan permusuhan bahkan membuat suasana damai, mengobati hati yang luka, dan menjadi penyebab terjalinnya suasana kekerabatan dan persaudaraan yang kokoh.

4.         Al-Qur’an sebagai Rahmat
Di antara bentuk kasih sayang Allah yang paling besar kepada manusia adalah diturinkannya Al-Qur’an. Allah berfirman:  
“(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al-Qur’an.” (QS. Ar-Rahman: 1-2)
Seluruh bentuk kebaikan dan segala hal yang bermanfaat untuk manusia di dunia ini maupun nanti di akhirat masuk dalam kategori rahmat. Rahmat adalah lawan kata dari mudharat dengan segala macam bentuknya. Rahmat adalah salah satu sifat Allah yang paling menonjol. Dia selalu mengedepankan sifat ini dari sifat lainnya dalam memilih, menetapkan, dan memprioritaskan semua perkara.
Komunikasi yang mampu menghubungkan apa yang kita maksud dengan apa yang ditangkap oleh orang lain adalah rahmat besar dari Allah terhadap manusia.

2.         As-Sunnah
Definisi Sunnah
Ulama Hadits sepakat bahwa arti dasar kata al-sunnah yang berkaitan dengan hadits berkisar pada dua makna berikut:
1.         Al-Sirah au al-Thariqah, Hasanah am Sayyiah, Sirah dan thariqah yang berarti jalan kehidupan atau metode, yang baik ataupun buruk.
2.     Al-thariqah al-mahmudah al-mustaqimah, yaitu jalan kehidupan atau metode yang lurus dan teruji.
Pada dasarnya, kedua makna ini sama, tidak ada perbedaan yang signifikan, hanya berbeda dari sudut pandang. Makna pertama adalah makna umum yang mencakup segala bentuk jalan kehidupan, cara/metode yang baik atau pun yang buruk. Sedangkan makna kedua memiliki pengkhususan hanya pada hal-hal yang bersifat baik dan terpuji saja.
Dalam terminologi Muhadditsin Sunnah didefinisikan sebagai berikut:
“Sesuatu yang didapat dari Nabi saw. baik berupa perkataan perbuatan, persetujuan, dan sifat jasmani atau perilaku, serta sirah beliau atau sesudah diutus.”

Fungsi sunnah
Fungsi sunnah adalah sebagai tafsir bagi Al-Qur’an mengungkap  rahasia yang dikandungnya, dan menjelaskan kehendak Allah dalam perintah-perintah-Nya atau larangan-larangan-Nya.
Sunnah berdasarkan definisi etimologi, terminologi dan fungsi sebagaimana disebut di atas diibaratkan sebagai pemandu teknis dan peretas jalan. Rasulullah adalah peretas jalan dan pemandu bagaimana menerapkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan nyata. Dalam konteks komunikasi, Rasulullah adalah peretas jalan dan pemandu yang menjadi contoh orang setelahnya untuk menerapkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah secara tegas menyatakan bahwa manusia yanga kan selamat dalam mengarungi kehidupan adalah mereka yang selalu menjadikan Al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman. Rasulullah saw. bersabda:
“Rasulullah saw. bersabda: “Aku telah tinggalkan untuk kalian dua perkara, apabila kalian berpegang teguh dengan keduanya, kalian tidak akan sesat: Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya”. (HR. Imam Malik)
Dari penegasan Al-Qur’an dan Hadits seperti di atas. Maka menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber Ilmu Komunikasi Islam bagi kaum muslimin adalah sebuah keharusan.

3.         Kitab-kitab Para Ulama
Selain Al-Qur’an dan Hadits, Ilmu Pengetahuan Islam secara umum dan ilmu tentang akhlak dan adab secara khusus sangat kaya dengan bahan yang bisa dikembangkan untuk memperkaya bangunan Ilmu Komunikasi Islam. Kitab-kitab para ulama tersebut adalah:
1.       Kitab Ihya Ulumuddin, karya Imam Abu Hamid al-Gahazali membahas banyak hal. Di antaranya membahas yang terkait dengan komunikasi Islam yaitu tentang Afat al-lisan (penyakit lisan).
2.         Minhaj alQashidin, karya al-Maqdisi juga membahas Afat al-lisan (penyakit lisan).
3.     Riyadhus Shalihin, karya Imam Nawawi membahas banyak masalah. Di antara bangian yang sangat terkait dengan ilmu komunikasi adalah bab tentang al-shidq (kejujuran), nasihat, memperbanyak jalan berbuat kebaikan, dan lain-lain.
4.       Kitab afat al-Lisan fi Dhau al-Quran wa al-Sunnah, karya Said bin ali bin Wahf Al-Qahthani membahas tentang gosip (ghibah) dan adu domba (namimah), tentang lisan yang kotor dan sebagainya.
5.         Adab al lisan karya Abu Anas Majid al-Nabkani membahas etika manusia dalam menggunakan lidahnya. Bahasannya terdiri dari bahasan tentang menjaga lisan dalam berbagai keadaan dan kondisi.

4.         Ilmu Komunikasi
Ilmu komunikasi pada dasarnya mempunyai ciri yang sama dengan pengertian ilmu secara umum. Berger dan Chafee (1987) menyatakan bahwa Ilmu Komunikasi adalah suatu pengamatan terhadap produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang.
Pengertian di atas memberikan tiga pokok pikiran utama:
1.       Objek pengamatan yang jadi fokus perhatian dalam ilmu komunikasi adalah produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang dalam konteks kehidupan manusia.
2.       Ilmu komunikasi bersifat ilmiah empiris dalam arti pokok-pokok pikiran dalam ilmu komunikasi (dalam bentuk teori-teori) harus berbentuk umum.
3.       Ilmu komunikasi bertujuan menjelaskan fenomena sosial yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh dari sistem tanda dan lambang.
Sehingga secara umum ilmu komunikasi adalah pengetahuan tentang peristiwa komunikasi yang diperoleh melalui sebuah penelitian tentang sistem, proses, dan pengaruhnya yang dapat dilakukan secara rasional dan sistematis, serta kebenarannya dapat diuji dan digeneralisasikan.

2 comments: